Mendapatkan Tuah Tangsi Belanda setelah Melintasi Jembatan Kupu Kupu
SIAK, Petah.id - Salah satu kecamatan di Siak yang kaya akan destinasi wisata, adalah Kecamatan Mempura. Tidak hanya, Jembatan Benteng dan Jembatan Kupu Kupu yang mempesona, tapi juga ada Tangsi (barak) Belanda. Tangsi Belanda ini, awalnya hanya berupa bangunan tua peninggalan Belanda, yang tak terawat dan sempat terbiarkan. Namun, belakangan Tangsi Belanda ini memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan karena usia dan berkaitan dengan sejarah.
Tingkat kunjungan setiap hari terus bertambah, pengunjung tidak hanya datang dari dalam kota, tapi juga dari luar kota, bahkan provinsi tetangga dan luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura. Melihat potensi itu, pembenahan terus dilakukan, mulai dari pemugaran sejumlah titik, pengecatan, pembuatan pagar, ukiran nama Tangsi Belanda yang diberi lampu saat malam hari, menjadi salah satu spot untuk berswafoto.
Jika sebelumnya Tangsi Belanda ini di siang hari saja terkesan angker, tapi kini, malam hari pun ada saja mengunjung yang datang untuk berswafoto. Sebab Pihak Dinas PU Tarukim telah memasang lampu lampu di sejumlah spot, sehingga Tangsi Belanda ini memperlihatkan aura megah dan indah. Difoto dari spot manapun, pesona Tangsi Belanda tetap terlihat. Pesona Tangsi Belanda semakin sempurna karena, peninggalan sejarah dan bangunan kebanggaan masyarakat Siak, yaitu Istana Asserayah Al Hasyimiah, seolah berhadapan, hanya terpisahkan oleh Sungai Jantan atau Sungai Siak.
Jika berdiri di Tangsi Belanda, akan terlihat Istana Asserayah Alhasyimiyah di seberang, demikian sebaliknya, jika berdiri di tepian Sungai Jantan depan istana, akan terlihat Tangsi Belanda yang kokoh dan indah dengan lampu lampunya. Tangsi yang berlokasi di Kampung Benteng Hulu Kecamatan Mempura Kabupaten Siak ini, konon selesai dibangun oleh tentara Belanda pada sekitar 1860 Masehi silam.
Adalah Kadis PU Tarukim Irving Kahar yang mencintai keindahan dan ingin Siak memiliki sesuatu yang berbeda dan layak dikenal untuk dipromosikan ke seluruh dunia, karena sangat mencintai sejarah dan masa lalu, membenahi Tangsi Belanda. Pada 2019, Pemkab Siak melalui Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang dan Pemukiman (PU Tarukim) merealisasikan kegiatan perbaikan dan penataan halaman (lanscape) di kawasan sekitar Tangsi Belanda.
Penataan itu, diharapkan dapat memanjakan pengunjung selain wisata edukasi juga untuk berswafoto. Sebab swafoto juga bisa dilakukan di lorong, gang, ruangan, sekitar sumur tua dan lainnya. Kepala Dinas PU Tarukim Siak H Irving Kahar Arifin menuturkan, apa yang dilakukannya merupakan bentuk cintanya kepada Kabupaten Siak.
“Saya ingin, memberikan karya dan pemikiran yang terbaik, sebagai kenang kenangan untuk Siak yang lebih maju lagi,” ungkapnya.
Irving ingin, puluhan tahun ke depan, sejarah Siak tetap bisa dipelajari dari karya dan situs yang terpelihara dengan baik.
Dan sejarah Tangsi Belanda yang ada di Kecamatan Mempura ini, nanti akan dimanfaatkan untuk acara puncak Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI), di mana Kabupaten Siak telah ditunjuk sebagai tuan rumah.
"Pada tahun ini, tepatnya April, Tangsi Belanda, akan dimanfaatkan untuk acara puncak Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI). Insya Allah acara ini akan dihadiri oleh seluruh anggota JKPI yang berjumlah 70 kabupaten/kota se-Indonesia," terang Irving, beberapa waktu lalu.
Dengan telah selesainya pengerjaan lanscape di sekitar komplek Tangsi Belanda Siak itu, Pemkab Siak juga berencana akan meresmikan sekaligus memfungsikan Tangsi Belanda ini untuk kunjungan wisatawan. Kesempurnaan Tangsi Belanda ini semakin lengkap karena untuk bisa sampai di Tangsi Belanda akan melintasi Jembatan Kupu Kupu yang indah dan Jembatan Benteng yang mempesona.
“Siapapun akan menyesal jika tidak berswafoto di dua jembatan itu,” ungkapnya.
Inilah kelebihan Kecamatan Mempura, selain ada makam datuk empat suku, ada juga Kampung Toga, yang di dalamnya ditanam sejumlah tumbuhan obat obatan.
Salah seorang juru kunci yang selalu dinas malam hari bernama Alfian, mengatakan pihaknya sampai kewalahan menerima kunjungan wisatawan, sebab jika terus dilayani tak akan berhenti sampai tengah malam.
“Tapi kami bisa berbuat apa. Sebab tugas kami hanya melayani pengunjung dan menjelaskan apa apa saja yang ada di Tangsi Belanda,” ungkapnya.
Ditanya apakah ada yang berbeda selama dinas, atau penampakan. Sambil tersenyum dia mengatakan tidak ada melihat hal hal yang aneh, terlebih setelah menjadi cantik dan sering dilihat seperti sekarang ini. Menurutnya kalau hanya suara suara orang teriak, sudah biasa, itu pun jangan jarang sekali.