PTM Terbatas di Siak Belum Fokus Inti Pelajaran

Kadisdik Lukman : Pembiasaan Penerapan Prokes

Foto : Ilustrasi/Internet

Siak, Petah.id - Sebanyak 80 persen sekolah di Siak melakukan PTM terbatas paska melandainya kasus Covid-19.

Demikian dikatakan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Siak, Lukman. Disebutkannya, sekolah yang melaksanakan PTM terbatas itu sudah memenuhi daftar periksa standar prokes.

"Setiap sekolah harus melakukan penyempurnaan kelengkapan tentang standar prokes. Sekolah juga harus mengantongi rekomendasi dari satgas kecamatan dan bekerja sama dengan puskemas setiap kecamatan," kata Lukman.

Sekolah yang melakukan PTM terbatas, gurunya pun harus sudah melakukan vaksin terlebih dahulu. Hal itu dilakukan karena tidak ingin adanya cluster baru.

Di Kabupaten Siak sudah 81 persen guru yang sudah divaksin dari total 8918 total tenaga pengajar yang ada.

"Guru yang sudah di vaksin 81 persen lebih dari total  8918 total guru untuk tingkat TK, SD, SMP, MI, MTS. Artinya sebanyak 1470 orang yang belum vaksin," ungkap Lukman.

Dari sisa yang belum divaksin tersebut, lanjut Lukman, diantaranya memang memiliki kondisi tubuh yang tidak memungkinkan untuk melakukan vaksin.

"Kondisi badan mereka memang tidak bisa divaksin  karena memang memiliki riwayat sepeti ada yang kena Gula, Komorbid dan sebagainya," lanjutnya.

Saat ini, Disdikbud Siak terus melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan agar semua pihak bisa saling mengawasi dengan ketat demi keberlangsungan PTM terbatas.

Untuk tahap awal, kata Lukman lebih jauh, proses belajar masih dalam rangka pembiasaan murid dan siswa tentang penekanan sosialisasi penegakan prokes.

"Masih masa transisi sehingga belum fokus pada inti pembelajaran. Macam manapun yang paling utama adalah kesehatan mereka," kata Dia.

Setiap sekolah lebih mengedepankan tentang pshycososial dari peserta didik, tidak dianjurkan atau memaksa murid maupun siswa untuk memahami pembelajaran.

Diakui Lukman, hal itu tentunya menjadi tugas yang berat bagi peserta didik agar bisa mengimbangi kebiasaan murid yang selama ini sudah dua tahun belajar dengan daring.

"Kalau dianalisa terdapat pengaruh terhadap anak murid dengan lama nya tidak melakukan sekolah tatap muka. Ada perbedaan kebiasaan setelah dilaksanakannya PTM yang sudah dua tahun hampir tidak sekolah tatap muka," ungkap Lukman.

Dicontohkannya, persoalan sikap terjadi perbedaan kebiasaan karena lamanya sekolah daring.

Kendati antusiasme untuk bersekolah tinggi namun untuk menyerap pembelajaran memang menurun. 

"Masih banyak kami temui murid ke sekolah tidak membawa buku. Makanya juga pemerintah mengantisipasi dengan beberapa kebijakan, istilahnya sistem terjadinya loss learning (kerugian belajar)," ujarnya.

Yang terpenting, kata Lukman, saat ini pihaknya terus berupaya agar PTM terbatas ini bisa dilaksanakan secara terus hingga membentuk kembali kebiasaan siswa untuk belajar.

Dengan itu, menekan terjadinya cluster baru di sekolah, pihaknya membentuk satgas di masing-masing sekolah untuk kerja keras mengawasi dan mengontrol serta melakukan sosialisasi termasuk dengan orang tua murid dan yang menjemput murid.

" Untuk orang tua murid jangan menjemput anak tidak memakai masker. Dan salah satu fungsi satgas mengingatkan itu secara berkelanjutan," tambahnya.

Satgas dibentuk dari gabungan tenaga pengajar dan komite. Satgas hanya relawan tanpa di gaji.

Dibentuknya satgas murni bagaimana penerapan prokes di sekolah berjalan dengan maksimal.

Kata Lukman, ada kekhawatiran untuk murid ditingkat SMP karena mobilitas anak-anak diusia itu sangat tinggi.

"Tak jarang kami temui anak-anak setelah pulang sekolah masih nongkrong diluar tanpa prokes. Maka dari itu kami sangat mengimbau untuk orang tua murid untuk sama-sama mengawasi anaknya di rumah," pintanya.

Dijelaskannya, jika hal terburuk terjadi adanya sekolah yang menjadi cluster, pihaknya akan menutup sekolah tersebut dengan skala tingkat kampung.

" Kita berharap hal itu tidak terjadi. Namun, jika kecolongan maka sekolah tersebut akan ditutup level kampung. Misalnya sekolah tersebut ada di Kampung  A, maka sekolah yang ada di Kampung A tersebut akan ditutup menghindari penyebaran lebih luas," beber Lukman.

Akan tetapi, sampai hari ini belum ada informasi soal cluster di sekolah yang ada di Siak.

Disdikbud terus melakukan monitoring ke sekolah-sekolah diberbagai kecamatan. Dan soal adanya klaster baru belum ada.

"Kemarin kami monitoring di Kecamatan Minas, Tualang , Siak dan Mempura belum ada terjadi, dan penerapan prokes di sekolah tersebut memanglah ketat," tutupnya.




Laporan : Ph1
Editor : And
Bagikan berita ini melalui :