Siak, Petah.id – Sungai Apit merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Siak sebagai penghasil nenas terbesar di provinsi Riau. Peluang ini dilirik oleh SMAN 2 Sungai Apit untuk memanfaatkan limbah nenas sebagai salah satu ekonomi kreatif. Demikian dikatakan kepala SMAN 2 Sungai Apit Siti Sarifah SAg. Limbah nanas di Sungaiapit, menurutnya belum dimanfaatkan, terutama kulit dan daunnya. “Sehingga kami mendapatkan ide untuk memanfaatkan limbah nenas ini menjadi sesuatu yang berdaya guna, dan bernilai ekonomis. Serta menjadi bisnis ekonomi kreatif nantinya,” terang Kepala Sekolah Siti Sarifah. Ditambahkan Siti Sarifah, apalagi di masa pandemi Covid-19 ini, semua orang dituntut mentaati protokol kesehatan dengan 5M, salah satunya mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. “Maka kebutuhan untuk hidup bersih ini memicu kami menginovasi pembuatan sabun kertas dari limbah nenas, di mana kertasnya terbuat dari daun nenas, sedangkan sabunnya ditambahkan ekstrak kulit nenas,” terang Kasek Siti Sarifah. Menurut Siri Sarifah, ide pertama berasal dari anggota Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), kemudian dibimbing oleh guru kimia SMAN 2 Sungaiapit Lena Artika SPd, didukung Kepala Sekolah Siti Sarifah SAg serta tim, juga support seluruh majelis guru dan TU, OSIS dan tentunya difasilitasi oleh pihak sekolah. Dijelaskan Siti Sarifah, iven hanya momen. SMAN 2 Sungaiapit, memang ada program unggulan, diantaranya program kewirausahaan. Hal ini sejalan dengan terpilihnya sekolah kami menjadi salah satu sekolah penggerak dari 382 sekolah tingkat menengah se-Indonesia,” terangnya. Di dalam sekolah penggerak, ada kegiatan projek berupa keterampilan wirausaha, sejalan juga dengan visi misi sekolah, yang akan membentuk peserta didik menjadi interpreneur yg tangguh. Ketika iven Festival Inovasi Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) diluncurkan oleh Puspresnas, sangat sesuai dengan kegiatan di dalam KIR SMAN 2. “Maka lomba FIKSI ini, merupakan salah satu langkah kami untuk mengembangkan produk inovasi kami,” terangnya. Perjuangan menjadikan limbah nenas atau limbah organik yakni kulit nenas dan daun nenas menjadi barang yang bermanfaat, dengan cara mencoba membuat sabun yang dalam pembuatannya dilakukan beberapa kali pengulangan, agar pH sabun yang dibuat memenuhi standar. Begitu juga dengan pembuatan kertasnya, mulai dari tekstur yang kasar, hingga diulang beberapa kali, sampai benar benar halus walaupun belum sehalus yang diharapkan. “Produk ini kami beri mama PiWaPaSo atau Pineapple Waste Paper Soap. Harganya Rp7.000 per kemasan. Untuk sekarang kami belum memasarkan, karena masih dalam proses perbaikan produk dan diusahakan untuk mendapatkan izin produk melalui BPOM,” jelas Siti Sarifah. Setelah produk diperbaiki dan mendapatkan izin, pihaknya akan memasarkan produk itu. “Kami sudah membuat perjanjian kerja sama dengan koperasi sekolah, dengan koperasi umum dan dengan PT Indah Kiat Pulp & Paper (IKPP), serta dengan PT BSP,” ucapnya. Sesungguhnya, sekolahnya memilih limbah nenas, karena memang Sungaiapit salah satu penghasil nenas terbesar di Provinsi Riau. selain itu di SMAN 2 Sungaiapit terdapat kegiatan kewirausahaan kebun nenas, sehingga setiap kelas ada kebun nenas. “Langkah selanjutnya agar tidak hanya satu produk, kami akan membuat inovasi inovasi baru memanfaatkan limbah di sekitar kami agar produk yang kami hasilkan beragam,” kata dia. Atas capaian ini, Siti Sarifah sebagai kepala sekolah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung pembuatan sabun kertas dari limbah nenas.